Al-Quran Merangkum Zaman Dengan Sciense
“AlQuran Menghantarkan Manusia Kepada Kepulauan Nan Bahagia”
Oleh: Bangun Lubis ( Wartawan Matapublik.co )
HADIST ini begitu menarik. Karena Rasulullah membentangkan ungkapan yang menakjubkan kepada umatnya, agar memperhatian sebuah zaman. Ternyata bukanlah saja hanya tentang masa depan yang terungkap dalam risalah Islam. Namun sebagaimana dalam Alquran, Allah telah mengisahkan semua zaman yakni masa lalu, masa depan dan masa kini. Pantas Rasulullah SAW yang menegaskan dalam sebuah hadist, “Didiklah anak-anakmu dengan sebaik mungkin,( yang sesuai kebutuhan zamannya), sebab mereka akan hidup di zaman yang berbeda dengan zamanmu saat ini.”
Tidak ada yang tidak diungkapkan mengenai masa lalu, masa kini dan masa depan di dalam Al Quran. Semua tercantum dalam firman Allah tersebut. Bahkan ketika kita mempelajarinya, hanya sedikit yang kita peroleh karena luasnya Ilmu Allah tersebut.
Al Qur’an sebagai salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW diturunkan 14 abad lalu , ayat-ayatnya banyak yang menjelaskan tentang masa depan dan berbagai macam yang bersifat ilmiah. Bahkan dengan kemajuan ilmu dan teknologi saat ini, banyak ayat-ayat Al Qur’an yang terbukti kebenarannya. Para ilmuwan telah berhasil membuktikan kebenaran itu melalui sejumlah eksperimen penelitian ilmiah.
Tentang kelahiran manusia, disebutkan Allah dalam firman-Nya”, bahwa Allah telah sangat teliti menjelaskan bagaimana asal muasal manusia diciptakan; “Kami telah menciptakan kamu; maka mengapa kamu tidak membenarkan? Adakah kamu perhatikan nutfah (benih manusia) yang kamu pancarkan? Kamukah yang menciptakannya? Ataukah Kami yang menciptakannya?” (QS. Al Waqi’ah:57-59). “Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air.”(QS.Al-Furqan :54). “Dan Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani.” (QS Faathir: 11). “Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar. Yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati).” (QS Ath-Thaariq: 5-8)
Firman Allah yang di atas, menunjukkan betapa telitinya Allah, dengan rinci secara detail manusia diciptakan. Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya yang luar biasa itu diungkap dalam ayat-ayat ini sedemikian rinci sehingga mustahil bagi orang yang hidup di abad ke-7 untuk mengetahuinya. Beberapa di antaranya sebagai berikut: 1. Manusia tidak diciptakan dari airmani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya. 2. Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi. 3. Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah. 4. Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.
Orang-orang yang hidup pada zaman kala Al Qur’an diturunkan, pasti mengetahui bahwa bahan dasar kelahiran berhubungan dengan mani laki-laki yang terpancar selama persetubuhan seksual. Fakta bahwa bayi lahir sesudah jangka waktu sembilan bulan tentu saja merupakan peristiwa yang gamblang dan tidak memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Akan tetapi, – sedikit informasi yang dikutip di atas,- seperti dalam sebuah artikel pada ruang kolom Republika, yang menyatakan bahwa berada jauh di luar pengertian orang-orang yang hidup pada masa itu. Ini baru disahihkan oleh ilmu pengetahuan abad ke-20.
Pelajaran Bagi Manusia
Begitupun mengenai keberadaan fingsi gunung. Gunung ada atau muncul karena tumpukan lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Lempengan yang lebih kuat menyelip ke bawah sedangkan lempengan yang lemah melipat ke atas membentuk dataran tinggi itu gunung. Banyak sekali fungsi gunung , Antara lain penahan guncangan, penyalur pembuangan tenaga panas bumi,penyubur tanah dan lain lainnya.
Al Qur’an menjelaskan fungsi gunung dalam beberapa ayat dalam Al Qur’an, antara lain: “Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka, dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.” (QS Al Anbiya:31). “Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung sebagai pasak?” (QS. An Naba’: 6-7).
Ilmu bumi moderen telah membuktikan bahwa gunung-gunung memiliki akar di dalam tanah dan akar ini dapat mencapai kedalaman yang berlipat dari ketinggian mereka di atas permukaan tanah. Jadi, kata yang paling tepat untuk menggambarkan gunung-gunung berdasarkan informasi ini adalah kata “pasak” karena bagian terbesar dari sebuah pasak tersembunyi di dalam tanah. Pengetahuan baru diperkenalkan di paruh kedua dari abad ke-19. (Republika)
Sebagaimana pasak yang digunakan untuk menahan atau mencencang sesuatu agar kokoh, gunung-gunung juga memiliki fungsi penting dalam menyetabilkan kerak bumi. Mereka mencegah goyahnya tanah. Allah berfirman: “Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk. (QS. An Nahl, 16:15) .
Kemudian lagi, science dan teknologi telah menunjukkan bagaimana otak manusia bekerja sebagai ciptaan Allah. Dalam firmannNya Allah mengemukakan; “Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya. .. Yaitu ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.” (QS. Al Alaq:15-16). (Tafsirweb.com).
Ungkapan “ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka” dalam ayat di atas sungguh menarik. Penelitian yang dilakukan di tahun-tahun belakangan mengungkapkan bahwa bagian prefrontal, yang bertugas mengatur fungsi-fungsi khusus otak, terletak pada bagian depan tulang tengkorak. Para ilmuwan hanya mampu menemukan fungsi bagian ini selama kurun waktu 60 tahun terakhir, sedangkan Al Qur’an telah menyebutkannya 1400 tahun lalu. Jika kita lihat bagian dalam tulang tengkorak, di bagian depan kepala, akan kita temukan daerah frontal cerebrum (otak besar).(Assajidin.com)
Menyangkut tentang konsep kehidupan, Prof Imam Suparyogo, dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, mengemukakan, Al Qur’an memberikan penjelasan bahwa Tuhan selain menciptakan manusia juga menciptakan makhluk lainnya, yaitu Malaikat, Jin, dan shaithan. Melalui kitab suci itu dijelaskan tentang sejarah penciptaan itu, maksud penciptaan, dan akhir kelak kehidupan ini. Hanya melalui kitab suci, berbagai hal itu bisa diketahui oleh manusia.
Para ilmuwan mencari tahu tentang penciptaan makhluk itu, tetapi tidak akan mendapatkannya secara sempurna, tanpa melihat keterangan dari kitab suci. Perbincangan tentang asal usul manusia dengan berbagai teori yang diciptakan sendiri, hingga pada saat ini belum diperoleh hasil yang memuaskan. Al Qur’an memberikan penjelasan itu, dengan menyebut manusia pertama, yaitu Adam dan Hawa. Selain itu juga secara rinci dijelaskan tentang proses kejadian manusia, sejak awal mula hingga kelahiran dari perut ibunya. Bahkan, ditunjukkan sampai detail hingga pada usia berapa seorang bayi seharusnya berhenti menyusu pada ibunya.
Melalui al Qur’an dijelaskan bahwa manusia akan menjalani hidup dalam masa yang panjang, yaitu sejak di dunia ini dan masih akan berlanjut hingga kehidupan fase berikutnya, yaitu di akherat kelak. Al Qur’an juga menjelaskan bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara dan atau sebentar. Kehidupan yang kekal adalah di akherat kelak. Selain itu juga dijelaskan bahwa ada rangkaian yang tidak terputus antara kehidupan di dunia dengan kehidupan di akherat itu. Manakala seseorang berkehendak agar memperoleh kebahagiaan yang sebenarnya, maka jalannya adalah melakukan kebaikan dan menjauhkan diri dari berbagai jenis perilaku yang merusak dan menyesatkan.
Kitab suci al Qur’an tidak saja menjelaskan tentang penciptaan manusia sebagaimana secara singkat dikemukakan di muka, tetapi juga memberi penjelasan tentang perilaku manusia itu sendiri. Melalui kitab suci al Qur’an, manusia dikategorikan lengkap dengan ciri-ciri atau karakteristiknya masing-masing. Setiap kategori dijelaskan hingga mudah dipahami.
Para ilmuwan sosial dalam usaha memahami perilaku manusia, mereka merumuskan konsep, kategori, dan penjelasannya. Akan tetapi hasilnya amat jauh dari sempurna dibanding al Qur’an. Oleh karena itu sebenarnya menjadi mudah dimengerti tatkala para ulama yang sekalipun tidak pernah mempelajari ilmu sosiologi, psikologi, sejarah, dan antropologi, tetapi mereka mampu memberikan penjelasan yang lebih sempurna. Penjelasaan mereka itu bersumber dari kitab Suci Al Qur’an..(*)