Harga Karet di Sumsel Berangsur Meroket

MataPublik.co, PALEMBANG – Perlu kami informasikan agar masyarakat jangan bingung tentang harga karet. Dalam menentukan dan kebijakan akan harga karet, Masyarakat dapat mengetahui bahwa harga karet adalah hasil kesepakatan dari International Tripartite Rubber Council (ITRC), dimana Indonesia bergabung dalam organisasi tersebut bersama Malaysia dan Thailand.
Hal ini diutarakan Kepala Bidang Perdangangan Luar Negeri Dinas Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan dan sekaligus juga selaku Ketua Tim Pengelola Data Harga Karet Ir. Ahmad Mirza, MM mewakili Plt Kepala Dinas Perdangan Sumsel pada saat wawancara langsung dengan Tim Intelejen Media Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Sumsel di kantor Dinas Perdagangan Sumsel, Selasa (21/5/2019).
Mirza menjelaskan untuk mendapatkan informasi tentang harga karet, masyarakat dapat melihat setiap hari di media on line dan media cetak diantarnya media Tribun dan media Radio Republik Indonesia (RRI) Palembang.
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan terus berupaya lakukan strategi agar eskalasi harga karet meroket maupun meningkat dengan melakukan Satgas Pangan Polri bersama Dinas Perindustrian, Dinas Perkebunan dan Dinas Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan strategi telah disiapkan tim satgas yakni memberikan kepastian harga karet di tingkat petani di Indonesia, kemudian upaya pembentukan dan peningkatan mutu karet yang dijual petani sehingga secara otomatis harga jualnya akan naik.
Aksi maupun kepedulian Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan akan petani karet Sumsel dimana umumnya masyarakat berpenghasilan dari karet, Gubernur Sumsel H. Herman Deru sebagai Kepala Daerah langsung terjun ke lapangan di Kabupten Ogan Komering Ilir (OKI) seperti di hadapan warga Lempuing, Gubernur Herman Deru mengecek dan memastikan bahwa harga karet sudah berangsur naik.
Gubernur Sumsel mengutarkan bahwa setelah ada pembicaraan bilateral antara pemerintah Indonesia, Thailand dan Malaysia yang menjadi penyumbang karet terbesar di dunia, harga karet internasional sudab mulai naik dari Rp1,2 Dollar perkg menjadi 1,7 Dollar perkg atau di kisaran Rp23.000.
Harga berdasarkan kadarisasi air, jika 0% harganya Rp 23.000,- , jadi harga di kita (Sumsel) sekitar Rp17.000 dengan kadar air masih 50-55 persen sehingga petani terima Rp 8.500,- per kg dari pengumpul.
“Setelah sudah 3 pekan ini harganya sudah naik. Untuk karet sadap usia 1-12 hari harganya sudah Rp 9000. Bapak ibu harus tahu karena ada subsidi dan bantuan alat produksi dari pemerintah. Pengumpul harus sampaikan ini ke petani,” ungkapnya…
Mirza jelaskan, ada dua bursa komoditas asing tentang harga Harga karet diantaranya Tokyo Commodity Exchange (TOCOM) berlokasi di Tokyo memakai basis Kurs Yen Jepang dan dan Singapore Commodity Exchange (SICOM) berlokasi di Singapore dengan basis Kurs dollar Amerika.
Lebih jelasnya, Mirza lebih mengutarakan, TOCOM menggunakan basis mata uang Yen Jepang, sementara SICOM menggunakan basis mata uang Dolar AS. Artinya Fluktuasi nilai tukar suatu mata uang terhadap valas dapat naik atau turun sewaktu-waktu dan nilai tukar suatu mata uang terhadap berbagai mata uang lain pun berubah-ubah, maka faktor perbedaan basis mata uang tersebut yang dapat mengakibatkan adanya perbedaan harga karet TOCOM
Sedangkan SICOM. Kurs Dolar AS merupakan salah satu factor yang mempengaruhi harga karet di dunia karena sebagian besar komoditas diperdagangkan di pasar internasional menggunakan perantaraan mata uang Dolar AS, maka apabila kurs Dolar AS menguat, komoditas-komoditas tersebut akan menjadi lebih mahal bagi pengguna mata uang berbeda.
Sebagai acuan hrga karet Indonesia, Pedagang dan eksportir karet Indonesia pada umumnya menggunakan harga karet SICOM sebagai acuan, karena pengapalan produk seringkali dilakukan via bursa Singapura. (iuy)