MataPublik.co, LAHAT – Jika suasana hari pertama sekolah penuh ceria. Tidak bagi ratusan siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Lahat, justru menggelar unjuk rasa di depan kantor kepala sekolah mereka, Senin (16/7). Para siswa ini meminta kepala sekolah mundur dari jabatannya, karena dianggap menyalahi aturan.
Ditegaskan oleh Desi, ada beberapa hal yang menyebabkan seluruh siswa SMAN 3 Lahat minta kepala sekolah dicopot dari jabatannya, diantaranya terkait banyaknya guru honorer di SMAN 3 Lahat yang diberhentikan tanpa sebab.
Lalu dana iuran SPP perbulan siswa yang tidak jelas sehingga menyebabkan siswa mempertanyakan hal tersebut, kemudian minimnya siswa baru tahun ajaran 2018 yang masuk ke SMAN 3 Lahat, dan kondisi sarana dan prasarana di SMAN 3 Lahat yang semakin hari semakin memperhatinkan.
Kepala Lahat SMA Negeri 3 Lahat, Misriana menyayangkan siswa berdemo saat masa orientasi siswa baru. “Saya tidak tau sama sekali bisa terjadi demo dan tuntutannya apa namun, semestinya hal ini tidak perlu terjadi dan saya yakin hanya terjadi kesalahpahaman diantara siswa-siswi yang menggelar aksi tersebut,” ujarnya saat ditemui ruang kerjanya, Senin (16/7/2018.
Dirinya yakin, aksi demo tidak sepenuhnya datang dari keinginan siswa. Tetapi ada keterlibatan orang dalam, apalagi ada rencana pengurangan guru yang mengajar di SMA tersebut. Menurutnya, kebijakan itu sengaja diambil lantaran berkurangnya jam mengajar. Apabila selama ini mencapai 440 jam, sekarang tinggal 220 jam.
Pengurangan jam mengajar merupakan penyesuaian jumlah lokal yang juga berkurang. Jika sebelumnya bisa mencapai 10 lokal, sekarang hanya 5 lokal sebagai dampak kebijakan zonasisasi.
“Dengan berkurangnya jam tersebut tentu berimbas pada tenaga pendidik untuk jam belajar. Untuk guru setifikasi saja tidak cukup jamnya belum lagi jika harus mengalokasikan untuk honorer. Saat ini kami memiliki 49 guru PNS beserta TU dan 54 pegawai honorer,” tuturnya
Sementara, terkait tuntutan siswa mengenai pungutan itu, Misriana menyebut telah terjadi salah paham. Ia merinci, uang komite Rp 1 Juta digunakan untuk pembelian baju 4 stel termasuk baju profil yang ditanyakan siswa. Kemudian atribut, topi, dasi, foto dan bungkus rapot. Bagi siswa yang belum mendapatkan bisa diambil dibendahara.
“Saya bingung kalau ada siswa yang belum mendapatkan baju muslim dan baju profil tersebut,” Ujarnya. Kemudian untuk uang Rp 100.000 yang juga merupakan dana komite digunakan untuk banyak hal menyangkut kepentingan sekolah seperti untuk makan, minum guru, kegiatan sekolah seperti kebutuhan siswa kelas 3 dan kegiatan lainnya.
“Jika ingin dibelikan laptop semua tentu tidak mencukupi namun dari dana komite dan dana bos saat ini sekolah memiliki 35 unit komputer dan 2 unit laptop meskipun 2 unit laptop sudah hilang. “kalau untuk uang pemungutan Rp 25 Ribu untuk pembayaran SKHU dan SKL saya tidak tahu menahu,” jelasnya. (en/al)
sumber rmol/sripoku.com