Oleh: Hj. Desmawati Djuliar [ Ketua IWAPI Kota Palembang ]
Semua kalimatullah mempunyai makna dan arti. Bahkan, dalam sebagian kalimat Allah itu membuat kita terperangah, karena begitu menimbulkan keajaiban dan kemanfaatan yang luar biasa. Kita semua mengenal Imam Ahmad bin Hambal atau yang sering disebut imam Ahmad yang masih murid dari Imam Sya fi’i.
Suatu waktu, ia pergi ke Basyra. Saat itu usianya sudah demikian tua. Entah apa yang menyebabkan keinginan yang luar biasa besarnya itu, untuk melakukan perjalanan ke Basyra. Imam Ahmad pun akhirnya, menuruti kata hatinya untuk melangkahkan kakinya ke Basyra. Ia melakukan perjalanan hingga sampailah ke Basrah.
Dalam sebuah kitab yang dia tulis, Imam Ahmad bercerita, “Begitu tiba disana waktu Isya’, dirinya ikut shalat berjamaah isya di masjid, hatinya merasa tenang. Ia pun ingin istirahat“.
Begitu shalat isya bubar, imam Ahmad ingin tidur di masjid, tiba-tiba Marbot masjid datang menemui imam Ahmad sambil bertanya, “_kamu mau ngapain disini, syaikh.” (kata “syaikh” bisa dipakai untuk 3 panggilan, bisa untuk orang tua, orang kaya ataupun orang yang berilmu.
Panggilan Syaikh dikisah ini panggilan sebagai orang tua, karena marbot taunya sebagai orang tua). Dia tidak tahu bahwa yang berhadapan dengannya ini adalah Imam Ahmad. Marbot tidak tau kalau beliau adalah Imam Ahmad. Dan Imam Ahmad pun tidak memperkenalkan siapa dirinya.
Di Basyra, semua orang kenal siapa imam Ahmad bin Hambal, yang merupakan seorang ulama besar dan ahli hadits, sejuta hadits dihafalnya, sangat shalih dan zuhud. Zaman itu tidak ada foto sehingga orang tidak tau wajahnya, cuma namanya sudah terkenal.
Imam Hamali menjawab “saya ingin istirahat, saya musafir.” Kata marbot, “tidak boleh, tidak boleh tidur di masjid !“. mam Ahmad melanjutkan ceritanya, “saya didorong-dorong oleh orang itu disuruh keluar dari masjid, Setelah keluar masjid, dikunci pintu masjid. Lalu saya ingin tidur di teras masjid“.
Ketika sudah berbaring di teras masjid Marbotnya datang lagi, marah-marah kepada Imam Ahmad. “Mau ngapain lagi syaikh?” Kata marbot. “Mau tidur, saya musafir” kata imam Ahmad.
Lalu marbot berkata, “di dalam masjid gak boleh, di teras masjid juga gak boleh.” Imam Ahmad diusir. Imam Ahmad bercerita, “saya didorong-dorong sampai jalanan”.
Di samping masjid ada penjual roti (rumah kecil sekaligus untuk membuat dan menjual roti). Penjual roti ini sedang membuat adonan, sambil melihat kejadian imam Ahmad didorong-dorong oleh marbot tadi. Ketika imam Ahmad sampai di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh, “mari syaikh, anda boleh nginap ditempat saya, saya punya tempat, meskipun kecil”.
*Kalimat Istighfar*
Kata imam Ahmad “baik” Imam Ahmad masuk ke rumahnya, duduk dibelakang penjual roti yang sedang membuat roti (dengan tetap tidak memperkenalkan siapa dirinya, hanya bilang sebagai musafir).
Penjual roti ini punya perilaku khas, kalau imam Ahmad ngajak bicara dijawabnya. Kalau tidak, dia terus membuat adonan roti sambil melafalkan istighfar, “Astaghfirullah“.
Saat memberi garam, astaghfirullah, menecah telur astaghfirullah, mencampur gandum astaghfirullah. Dia senantiasa mendawamkan istighfar. Sebuah kebiasaan mulia. Imam Ahmad memperhatikan terus.
Lalu imam Ahmad bertanya “sudah berapa lama kamu lakukan ini?” Orang itu menjawab, “sudah lama sekali syaikh, saya menjual roti sudah 30 tahun, jadi semenjak itu saya lakukan“. Imam Ahmad bertanya “maa tsamarotu fi’lik?”, “apa hasil dari perbuatanmu ini?”
Orang itu menjawab “(lantaran wasilah istighfar) tidak ada hajat yang saya minta,kecuali pasti dikabulkan Allah. semua yang saya minta ya Allah….,langsung diwujudkan.”
Nabi ﷺ pernah bersabda dalam hadis Ahmad; “siapa yang menjaga istighfar, maka Allah akan menjadikan jalan keluar baginya dari semua masalah dan Allah akan berikan rizki dari jalan yang tidak disangka-sangkanya”.
Lalu orang itu melanjutkan “semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih satu yang belum Allah beri.” Imam Ahmad penasaran lantas bertanya “apa itu?” Kata orang itu “saya minta kepada Allah supaya dipertemukan dengan imam Ahmad”.
Seketika itu juga imam Ahmad bertakbir “Allahu Akbar..! Allah telah mendatangkan saya jauh dari Bagdad pergi ke Bashrah dan bahkan sampai didorong-dorong oleh marbot masjid itu sampai ke jalanan, ternyata karena istighfarmu.. ”
Penjual roti itu terperanjat, memuji Allah, ternyata yang didepannya adalah Imam Ahmad… Ia pun langsung memeluk dan mencium tangan Imam Ahmad…
Rasulullah ﷺ bersabda yang bermaksud: “Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah), niscaya Allah menjadikan baginya pada setiap kesedihannya jalan keluar dan pada setiap kesempitan ada kelapangan dan Allah akan memberinya rezeki (yang halal) dari arah yang tiada disangka-sangka.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)
Begitulah sebuah amalan bila dilakukan terus menerus, insyaAllah akan menjadi sebuah mahkna yang besar. Dan akan menjadi jalan keluar atas semua kesempitan yang ada. Begitupun dengan Istigfar ini, menjauhkan permasalahan dari diri seorang yang beriman, dan memudahkan jaan baginya kepada kebaikan. Jalan keluar dari kesulitan.(*)