Karhutla Meluas Menjadi 257 Hektare Tersebar 6 Daerah
MataPublik.co, OGAN ILIR – Kebakaran hutan dan lahan (Kathutla) di Provinsi Sumatera Selatan sudah mencapai 257,9 hektare. Kebakaran lahan terparah terjadi di Kabupaten Ogan Ilir seluas 121,15 hektare. Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Selatan, Ansori, mengatakan sampai saat ini ratusan hektare lahan yang terbakat itu tersebar di di enam wilayah di Sumatera Selatan.
“Lahan yang terbakar pada 2019 ini, untuk saat ini mencapai 257,9 hektare dan tersebar di enam wilayah di Sumsel. Paling banyak kebakaran lahan terjadi di Ogan Ilir,” ujar Ansori di Palembang, Senin (5/8).
Ansori menjelaskan, rinciannya di Kabupaten Ogan Ilir seluas 121,15 hektare, Banyuasin 6 hektare, Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) 57,75 hektare, Lubuk Linggau 0,5 hektare, Musi Banyuasin (Muba) 4 hektare, dan Ogan Komering Ilir (OKI) 68,5 hektare.
Menurut dia, memang telah terjadi peningkatan data hotspot yang cukup signifikan yang terpantau pada aplikasi Lapan Fire. Ini juga ditandai dengan adanya peningkatan kejadian kebakaran khususnya di wilayah Ogan Ilir, yang merupakan lahan rawan-rawa yang mulai mengalami kekeringan seiring masuknya puncak musim kemarau. “Untuk lahan gambut seperti di OKI dan Musi Banyuasin saat ini masih relatif aman, walau kondisi permukaan air pada lahan gambut sudah mulai menyusut drastis,” ucap Ansori.
Ia juga menambahkan, sampai saat ini di wilayah Provinsi Sumatera Selatan tidak terpantau adanya sebaran asap melalui pantauan satelit sebagaimana dirilis melalui Web Asean Specialised Meteorogical Centre (ASMC). “Jarak Pandang SMB II sampai saat ini rata-rata tercatat diatas 10 kilometer dan jarak terendah yang tercatat 2.500 meter, masih cukup aman untuk penerbangan dengan batas minimal 2.000 meter,” jelasnya.
ntuk kendala, ia mengakui ada beberapa kendala, seperti lokasi kebakaran luas dan tersebar pada beberapa lokasi, sulit dijangkau dan merupakan lahan gambut, terutama kebakaran di malam hari. Kemudian, kondisi cuaca panas dan tiupan angin kencang, terbatasnya sumber air dan tangki suplai air, masih adanya kebiasaan masyarakat membuka lahan “sonor” secara diam-diam.
Bukan itu saja, kata Ansori, kendala lainnya yakni masih ada lahan yang belum jelas status tidak dikelola sehingga rawan karhutla, serta adanya kemungkinan orang iseng membuang puntung rokok yang sulit dikontrol.
Pihaknya saat ini masih menyiagakan empat helikopter water bombing dan satu pesawat patroli dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Selain itu, sekitar 1.512 satuan petugas (satgas) karhutla juga masih disiagakan di Sumatera Selatan.
“Kita sudah mensiagakan sekitar 1.512 satgas di Sumsel untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan. Petugas gabungan dari TNI, Polri, masyarakat, serta juga BPBD kabupaten dan kota ini sejak awal Juli sudah disebar ke 90 desa rawan kebakaran,” tuturnya. (aza/rap)