MEMENUHI kebutuhan pangan yang meningkat tanpa menghabiskan sumber daya yang terbatas. Inilah tantangan besar yang dihadapi Sumatera Selatan (Sumsel). Kemandirian pangan yang digagas Gubernur Sumsel, H Herman Deru bukan saja sebagai terobosan. Namun lebih dari itu, sejalan dengan pemikiran sosok pemimpin dunia yang peduli dengan krisis pangan global yag sudah di depan mata.
Track yang ditempuh jajaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel dibawah komando Gubernur Herman Deru sendiri sudah berjalan on the track. Alias sudah sesuai jalur.
Pentingnya kemandirian pangan di Sumsel saat ini, sejalan dengan kondisi global. Defisit produksi tanaman di masa depan, ketergantungan impor, dan kerentanan terhadap pasokan pangan menjadi persoalan serius dimasa-masa mendatang.
Gagasan produksi pangan melalui intensifikasi pertanian berkelanjutan harus menjadi prioritas. Mengingat permintaan pangan diproyeksikan bakal melebihi potensi produksi.
Lantas apa langkah yang telah dilakukan Sumsel saat ini. Gagasan Herman Deru yang pertama pertama peningkatan ketersediaan lahan pertanian dan pupuk untuk tanaman pangan. Kedua, mengoptimalkan penggunaan teknologi dan alat pasca panen.
Menurut Dr Ahmad Zakir Zainuddin MP, pemerhati pertanian yang juga dosen Pertanian Universitas Jambi memaparkan, Sumsel berhasil mengembangkan sistem stok pangan regional. ‘’Termasuk gagasan mengembangkan kesadaran penggunaan produk lokal,’’ ujarnya.
Zainuddin mejelaskan, dukungan kebijakan ketahanan pangan itu berupa peningkatan infrastruktur seperti jalan dan jembatan sebagai penghubung antar desa. Memang ada beberapa wilayah termasuk rawan pangan di daerah lumbung pangan. Sebut saja di Air Kumbang, Banyuasin I, dan Rambutan. Daerah-daerah tersebut rentan rawan pangan karena produksi padi dan palawija relatif rendah karena terletak dipinggiran sungai.
Namun, secara umum, akses makanan cukup baik, transportasi lancar dan persentase penduduk yang buta huruf relatif rendah. Sementara, jika menilik ketahanan pangan di Kabupaten OKU Timur dengan persentase luas lahan pertanian sebesar 59,38 persen. Maka
Wilayah tersebut memberi kontribusi cukup penting bagi kedaulatan pangan dan telah lama menjadi cermin dari kemandirian ekonomi nasional. Sektor pertanian menjadi strategis di Sumsel karena potensi sumber daya yang melimpah. Tentu potensi ini perlu dimanfaatkan dan dikembangkan.
Di Provinsi Sumsel tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perkebunan, dan perikanan menjadi andalan. Kebijakan strategis pembangunan ketahanan pangan di Sumsel memberi lampu hijau bagi peningkatan produksi beras di propinsi ini.
Terbukti, Perkembangan produksi beras (GKP) selama 2015-2018 menunjukkan tren positif. Pada 2018 Produksi beras mencapai 5,08 juta ton.
Angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 4,94 juta ton. Rata-rata produksi beras 4,28 ton per hektare. Pencapaian ini dipengaruhi oleh inovasi dan adopsi teknologi dalam pengembangan tanaman pangan, pertanian hortikultura, serta perkebunan yang mampu berdampak pada peningkatan produksi petani.
Tiga kabupaten utama penyangga ketahanan pangan yakni Banyuasin, Ogan Komering Ilir, dan Ogan Komering Ulu Timur, menjadi daerah potensial mendukung ketahanan pangan.
Pemprov Sumsel perlu mendorong peningkatan jumlah lahan pertanian serta memfungsikan kembali lahan persawahan untuk ditanami padi dan palawija. Lahan cukup luas dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi pangan melalui konversi lahan setiap tahunnya.
Dibidang pendampingan. Gubernur Sumsel terus menggiatkan tenaga pendamping petani untuk mendapatkan bimbingan dan secara intensif. Ratusan tenaga pendamping direkrut setiap tahun. Mulai pengelolaan, penanaman, pemeliharaan, panen, dan pascapanen oleh penyuluh pertanian dengan menerapkan inovasi teknologi sesuai spesifik lokasi.
Upaya ini untuk memastikan agar sawah dan kebun rakyat dapat diusahakan secara berkelanjutan. Sehingga untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan.
Dukungan Infrastruktur
Pemprov Sumsel juga telah membangun Infrastruktur seperti perbaikan jalan, jembatan serta irigasi. Sebab petani juga perlu mendapatkan fasilitas berupa kemudahan akses untuk fasilitas produksi, sumber modal, pengolahan produk dan pemasaran untuk meningkatkan pendapatan dan kemakmuran.
Salah satu upaya untuk mendorong produksi dan produktivitas pangan adalah ketersediaan infrastruktur pertanian yang memadai. Hal ini menopang produksi hingga konsumen akhir. Untuk mewujudkan ketersediaan ini infrastruktur, dukungan dan koordinasi antar instansi dalam tanggung jawab pembangunan fisik dan pemerintah daerah melalui dukungan kebijakan, mutlak diperlukan.
Sebagai tambahan, pembangunan infrastruktur, peningkatan produksi dan produktivitas juga memerlukan dukungan dari penyediaan teknologi dan fasilitas produksi, serta sumber daya manusia yang baik. (***)
Penulis : Kawar dante