PILKADA (Pemilihan Kepala Daerah ) Gubernur Sumatera Selatan Priode 2024 – 2029 memang masih kisaran enam bulanan lagi hingga November 2024. Tetapi hiruk pikuknya sudah mulai terasa. Adem-adem panas.
Bahkan ada yang menyebut, “bergelombang” karena memang, ada yang menyebut badai bagi ombak dan badai sedang berhenbus. Jika salah memilih pasangan diantara para calon dan salah pilih oleh pemilih juga nantinya akan bisa tenggelam alias tak terpilih.
Jika melihat dari sisi pemilih Masyarakat Sumsel, tentu ini merupakan gelombang harapan karena dikemudian hari setidaknya lima tahun kedepan bisa menentukan berbagai program maupun kebijakan yang memihak dan menciptakan keuntungan baik secara ekonomi mapun pembangunan struktur bagi Masyarakat. Yang tak kalah penditing, memihak kepada upaya kesehjteraan rakyat Sumsel, lahir dan bathin.
Warna Warni Pilkada Gubernur
Perlu dimaklumi, bahwa ada satu tren atau gambaran yang mewarnai Pilkada Sumsel (Gubernur) kali ini, dengan munculnya keinginan dari para tokoh masyarakt Sumsel, untuk ikut bertarung dalam pilkada Gubernur di Sumsel ini. Ini satu fenomena baru. Bukan tidak ada dari masa ke masa yang ingin ikut meraimakn hursa calon. Tetapi ini jadi menarik, setelah salah satu pasangan gubernur priode lalu, tidak lagi bersama untuk priode ke dua ini. Padahal, mereka begitu mesra selama ini.
Kita sudah tahu bahwa pasangan mesra Herman Deru dan Mawardi Yahya yang menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur pada priode lalu, maju terpisah untuk ikut menjadi calon gubernur Sumsel 2024 ini. Mawardi sudah milih berpasangan ( sampai pertengahan Mei 2024) dengan mantan Wali Kota Palembang, Harno Joyo.
Herman Deru, dalam situasi politik yang tidak lagi bersama Mawardi Yahya, banyak pendapat bermunculan, setelah berpisah ini, akan memilih berberpasangan dengan yang punya partai atau yang didukung partai secara kuat tentunya.
Misal dengan Bupati Empat Lawang, Joncik Muhammad dari PAN. Lalu hilang isu politik ini, berganti dengan Herman Deri – Eddy Santana, Mantan Walikota Palembang dan Anggota DPR RI, dari Partai Gerindra.
Isu spekulasi politik ini kemudian redup. Muncul pendapat lain, bahwa itu tidak mungkin karena Eddy Santana yang dari Partai Gerindra. Eddy Santana kan dari Gerindra. Lalu Mawardi Yahya juga dari Partai Gerindra. Tapi entahlah, namanya juga politik bisa berubah menit per menit. Pastilah pilihan Partai jatuh pada sa;ah satu.
Herman Deru kemudian, pada Senin 6 Mei 2024, dikabarkan oleh media di Sumsel, bahwa dirinya akan berpasangan dengan Cik Ujang, yang sekarang menjabat sebagai Bupati Lahat. Apalagi Cik Ujang adalah Ketua Partai Demokrat Sumsel.
Lalu, kalau begitu Harno Joyo yang orang Parta Demokrat mungkinkah memperoleh restu, untuk mendampingi Mawardi Yahya?. Kalau dari partai tentu tidak mungkin. Karena Ketua DPD nya adalah Cik Ujang. Tapi barangkali jika ada dua kader, tentu harus yang kuat yang dipilih oleh Pimpinan Pusatnya Partai.
Itulah namanya politik, bisa terjadi pilihan yang jitu oleh pimpinan partai dari Pusat. Tidak mau berspekulasi. Kita lihat saja perkembangan. Makanya ini akan semakin memanas dan gergelombang bak ‘angin kencang merepa perpolitikan Sumsel saat ini”.
Holda Perempuan Pertama
Serunya lagi, pada perputaran bursa bakal calon Gubernur Sumsel ini, ketika muncul nama Ir. Hj. Holda M.Si. Anggota DPRD Sumatera Selatan tiga periode, Dirinya menyatakan siap maju sebagai Bakal Calon Gubernur (Bacagub) periode 2024-2029.
Keseriusan itu ia buktikan setelah mengambil langsung formulir pendaftaran Bakal Calon (Balon) Gubernur Sumsel di Partai Demokrat. Dengan demikian, Holda menjadi perempuan pertama yang menyatakan diri maju sebagai Balon Gubernur Sumsel.
Keseriusan Holda, terlihat juga dari gerakannya yang menebar posternya yang sudah bertebaran di mana-mana. Ia ingin ekstabilitasnya diperhitungkan publik, tentu partainya. Tentu dirinya tidak main-main mengeluarkan biaya uyntuk memasang Baliho dan poster yang telah terlihat oleh Masyarakat dimana-mana. Udah rame pokoknya.
Apakah nantinya Holda bersedia menjadi Wakil dari Herman Deru, Mawardi Yahnya atau Heri Amalindo (Bupati Pali), belum lagi juga terdengar kabarnya. Yang penting mulai dulu membuka jalan politiknya. Lagi pula boleh saja siapapun memasang poster agar orang kenal dengan kitsa sebagai calon tentunya.
Heri Amalindo, Bupati Pali, juga telah menyatakan akan maju. Posternya sudah ramai dimana-mana. Bahkan Lury Alex Noerdin, anak mantan Gubernur Sumsel, Alex Noerdin, menyatakan bahwa keluarganya akan mendukung Heri Amalindo untuk maju sebagai calon Gubernur Sumsel lima tahun ke depan.
Namun, suara-suara para politisi dan masyarakat, seru juga, ketika belakangan, Mawardi Yahya mengunjungi Alex Noerdin yang berada di Lapas. Lalu, beredar foto mereka dalam sebuah pertemuan itu.
Hebohlah isu politik, bahwa kabarnya, Alex Noerdin mendukung Mawardi Yahya. Lalu, bagaimana dengan Heri Amalindo yang oleh Lury, Putri Alex Noerdi, menyebut bahwa keluarganya mendukung Heri Amalindo?..Entahlah ya, toh Keputusan politik keluarga itu bisa jadi berubah, atau hanya isu politik yang menggelontor ke public. Kita lihat saja nanti.
Namanya juga politik, pasti fenomena dan jalannya bisa berubah-ubah, pilihan pun bisa berubah hingga menit-menit terakhir.
Banyaklah kita lihat ‘suara-suara dari isu-isu politik menyeruak bak bola liar. Waktu masih Panjang. Tentu kita harus melihat ini sebagai riak – riak politik yang bergelombang.Pastinya, yang diharapkan Masyarakat Sumsel, adalah bisa terwujudnya pembangunan yang menuju kesejahteraan baik ekonomi maupun sosial masyarakat.
ercatat juga nama Popo Ali Martopo, Bupati Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan yang hadir dalam kancah bursa BalonGubernur Sumsel. Pria kelahriran 42 tahun – 1982 ini, bisa menjadi perhitungan, tentu karena usianya yang masih muda dan perjalanan karier politik yang sudah menjadi bupati dua priode tersebut. Ia serius dan tentu telah memperhitungkan langkah-langkah yang akan dilakukannya.
Suara-Suara Etnis dan Kemajemukan Masyarakat
Mari kita juga melihat persebaran suara Masyarakat,. Perebutan suara oleh pasangan Calon Gubernur Sumsel nanti, tidak kalah penting untuk diperhitungkan. Ada suara komunitas masyarakat yang begitu khusus dan terkelompok dalam kemajemukan etnis maupun muasal dari masyarakat Sumsel secara menyeluruh.
Maka ini menjadi sebuah penentuan yang perlu diperhitungkan secara politis oleh calon kandidat tentunya. Jika tidak dipetakan bisa menjadi soal dan bermasalah dalam peraihan suara. Gambaran ini sekadar memberikan pandangan terhadap paradigma dari masyarakatnya. Klen tentu patut menjadi perhitungan dalam perebutan suara.
Ada beberapa factor juga yang perlu menjadi perhitungan kandidat nanti dalam peraihan suara Masyarakat Sumsel yang majemuk ini. Kandidat akan berhadapan dengan Masyarakat berbagai etnis. Kita sebut saja seperti Masyarakat Komering, masyarakat wilayah Lahat (pasemah), yang tidak kalah banyaknya jumlahnya. Tentu persatuannya sangat kuat.Bahkan baru-baru ini mempersiapkan organisasi persatuan-persatuan.
Persatuan organisasi, memang sudah lama berlangsung di Sumsel, tetapi sudah menjadi kebiasaan persatuan-persatuan masyarakat ini akan makin terdengar kabar beritmanya, mengadakan pertemuan dan mempetakan dukungan mereka kepada siapa. Ini patut pula menjadi perhitungan.
Tidak lupa, etnis Masyarakat Jawa yang juga tidak kalah jumlahnya saat ini di Sumsel. Ini sangat besar pengaruhnya untuk bisa memenangkan suara yang diharapkan. Begitupun Masyarakat Palembang, Muba, OKI, OI dan Musi Rawas. Mereka ini, tidak kalah besarnya jumlahnya, maupun keutuhan ikatannya. Ada juga perantau yang menjadi perhitungan.
Kita sebuat orang Batak, Batak Mandailing, Minang, Sulawesi Selatan, Madura dan lainnya. Ini menjadi perhatian khusus pula. Sudah tentu, para kandidat akan dan sudah mulai melakukan pendekatan. Termasuk komunitas emak-emak, kelompok pengajian dan pemuda serta organisasi yang telah ada.
Masyarakat Sumsel ini adalah pemilih. Tentu kandidat sudah memasang strategi dan vberusaha pandai membuat cara atau sistim atau Bahasa melayunya, bagaiman ‘merayu’ suara itu agar bisa memilih para balon kandidat. Sebenarnya, kelompok masyarakat yang tidak terikat dengan kesukuan dan persatuan juga tidak kalah banyak jumlahnya.
Strategi politik dan perhitungan para kandidat termasuk tim politik tentu menjadi sebuah pilihan yang patut dipersiapkan secara rapi dan cerdas dalam maraih suara yang banyak ini. Kesemua ini adalah warna-warni politik yang selalu terjadi disetiap adanya kegiatan politik pemiloihan kepala daerah (Pilkada) bahkan Presiden sekalipun. (ril)