MataPublik.co, PALAEMBANG – PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II menggelontorkan dana sebesar Rp50 miliar untuk pembangunan sarana infrastruktur Pelabuhan Sungai Lais, Sumatra Selatan.
General Manager Pelindo II Palembang, Agus Edi Santoso mengatakan Pelabuhan Sungai Lais dikembangkan untuk menyokong operasional Pelabuhan Sungai Boom Baru Palembang yang semakin kewalahan karena keterbatasan lahan.
Pelabuhan Boom Baru seluas 25 hektar dinilai semakin padat karena operasional pelabuhan kian meningkat. Pengembangan pelabuhan, ujar Agus, tidak terlepas dari kemajuan perekonomian di Sumsel yang membuat dinamika perputaran barang di kota Palembang semakin pesat yang perlu ditopang pelabuhan yang memadai.
“Makanya 2019, kami kembangkan Sungai Lais untuk men-support operasional di Palembang. Untuk tahap awal pengembangan kita gelontorkan Rp50 miliar dulu,” kata dia, Rabu (19/12).
Agus berujar Pelabuhan Sungai Lais yang memiliki lahan seluas 200 hektar memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Saat ini, kondisi Pelabuhan Sungai Lais dinilai belum optimal, masih banyak kendala seperti kurang tempat penyimpanan, jalan akses rusak, dan pendangkalan Sungai Musi sehingga kapal besar sulit bersandar.
“Tahap awal pengembangan Rp50 miliar untuk 2019, untuk memperbaiki akses jalan sepanjang 2 kilometer, pemanjangan dermaga sejauh 50 meter, dan pembangunan depo untuk penyimpanan barang. Nanti panjang dermaga 300 meter tapi awal 50 meter dulu,” terang Agus.
Salah satu yang paling utama, menurut dia, saat ini adalah memperpanjang dermaga ke arah sungai sejauh 50 meter agar kedalaman dapat ditingkatkan. Saat ini, kedalaman kolam di Pelabuhan Sungai Lais masih sekitar 1-3 meter. Dengan kedalaman tersebut, hanya kapal bermuatan 3 ribu ton yang dapat berlabuh.
Dengan memperpanjang dermaga ke arah sungai, kedalaman dapat ditingkatkan menjadi 4-6 meter. Dengan demikian, kapal bermuatan 4 ribu sampai 6 ribu ton dapat bersandar.
Saat ini sudah ada tiga perusahaan yang setuju untuk membangun infrastruktur di Sungai Lais, yakni PT Trimitra Palm Niaga dan PT London Sumatera (Lonsum) yang akan membangun tangki crude palm oil (CPO), serta PT Petro Arta Indo yang akan membangun high speed diesel (HSD).
“Kalau untuk pengerukan sungai, kami belum bisa lakukan karena belum ada izin dari Kemenhub. Apalagi pengerukan sungai yang mendangkal itu memang ranahnya pemerintah. Kami akan berkordinasi lebih lanjut dengan pemerintah daerah dan Kemenhub untuk pengerukan ini,” ujar dia.
Sementara itu Kepala Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Palembang Mugen S Sartoto mengatakan kondisi rata-rata alur Sungai Musi dapat dilalui kapal dengan draft 5 meter Lower Water Spring (LWS).
Menurut dia, pengerukan alur sungai terakhir dilakukan pada 2016 lalu. Saat ini terjadi sedimentasi di alur Sungai Musi terutama di Selat Jaran, perbatasan Sungai Musi dengan Selat Bangka yang berjarak 108 kilometer dari Pelabuhan Boom Baru Palembang.
“Sekarang belum ada rencana pengerukan lagi karena anggaran terbatas. BUP (Badan Usaha Pelabuhan) sebenarnya bisa melakukan pengerukan di pelabuhannya tapi perlu izin Kemenhub,” ujar Mugen.
Mugen menerangkan saat ini ada 10 Terminal Usaha Kepentingan Sendiri (TUKS) yang beroperasi, seperti TUKS Pertamina, PT Bukit Asam, PT Pupuk Sriwidjaja, dan PT Pelindo. Mereka terkadang memelihara alur sungai agar kapal dapat bersandar. Bahkan untuk Pelabuhan Boom Baru kedalaman kolam mencapai 11-15 meter. (iuy)