Oleh : Mukarrom, M.Pd.I
Guru SDIT Al Furqon Palembang
DALAM sebuah pertemuan rutin keluarga. Seperti biasanya setiap keluarga membawa anggota kelurga mereka untuk menghadiri kegitan rutin setiap bulan tersebut. Beberapa keluarga ada yang berasal dari dalam kota. Ada juga yang dari luar kota. Menempuh perjalanan yang cukup jauh untuk dapat bersilaturahim. Bertujuan untuk memperkenalkan anggota keluarga mereka dengan keluarga lain. Dengan harapan, ketika bertemu di jalan mereka telah saling kenal mengenal satu sama lain. Itu adalah sepupu saya dan ini adalah paman saya.
Namun, ternyata tujuan tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan. Ketika telah sampai pada lokasi pertemuan keluarga. Ternyata masing-masing individu keluarga sibuk dengan aktivitas masing-masing bersama gadget. Beberapa anak yang pada saat itu bertemu dengan orang yang lebih tua. Tidak saling menegur dan mencium tangan. Fenomena yang cukup membuat kita mengelus dada. Jika kita mengingat kondisi saat itu beberapa tahun yang lalu.
Perkembangan teknologi
Perkembangan teknologi saat ini cukup pesat. Dahulu untuk mengirim pesan perlu beberapa hari sampai kepada penerimanya. Saat ini hanya dalam hitungan detik. Pesan yang ingin kita sampaikan sudah dapat diterima oleh penerimanya. Tidak hanya itu. Dengan teknologi mampu membawa penggunanya berpikir bahwa dunia telah berada digenggamannya. Informasi yang bersumber dari tempat yang jauh. Mampu diketahui dengan seketika di belahan dunia lain. Pertemuan dengan seseorang tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar. Melalui video call mampu bertatap muka dengan keluarga atau teman yang berada jauh di tempat lain.
Berkembangnya teknologi menimbulkan dampak positif dan negatif bagi penggunanya. Tergantung dari bagaimana pemanfaatan teknologi tersebut dan bagaimana edukasi dalam pemanfaatn teknologi yang dilakukan oleh orang tua, guru dan masyarakat.
Namun, ternyata dibalik manfaat pesatnya perkembangan teknologi. Ada masalah sosial yang muncul satu persatu kepermukaan. Orang tua lebih sibuk berkomunikasi dengan teman yang ada gadgetnya dari pada anaknya yang berada di depannya. Anak lebih nyaman bercerita tentang masalah pribadinya di dunia maya dari pada bercerita dengan orang tuanya sendiri.
Budaya mengobrol bersama orang tua dan anggota keluarga lain. Silaturahim ke rumah keluarga dan tetangga. Senyum dan sapa jika bertemu dengan orang lain. Cium tangan kepada orang yang lebih tua lama-kelamaan akan semakin memudar dan menghilang. Apabila tidak ada langkah cepat dari keluarga, sekolah dan masyarakat untuk mengambil langkah penguatan kembali terhadap budaya tersebut.
Penguatan Pendidikan Karakter
Dalam upaya penguatan budaya tersebut. Untuk membentuk karakter religius, nasionalis, kemandirian, gotong royong dan integritas. Sesuai dengan cita-cita pemerintah yang dituangkan dalam pasal 3 Perpres No.87/2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Beberapa sekolah yang telah membaca fenomena yang ada. Mengambil langkah cepat dalam membuat program-program pembelajaran yang lebih inovatif dengan mengkombinasikan pembelajaran yang telah disusun dalam kurikulum dengan memasukkan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
Di sekolah tidak hanya diajarkan bagaimana cara berhitung matematika, menyimpulkan sebab terjadinya fotosintesis. Peserta didik diberikan juga pengetahuan tentang adab dan cara berjabat tangan dengan orang yang lebih tua. Menyapa orang yang ditemui di jalan. Peduli dengan lingkungan di sekitar. Seperti melakukan kegiatan pengumpulan dana untuk diserahkan kepada orang yang membutuhkan. Berkunjung ke rumah teman atau guru yang mengalami musibah dan kegiatan lainnya. Kegiatan yang lebih bersifat praktek dengan teladan dari guru dan karyawan yang ada disekolah.
Agar upaya penguatan pendidikan karakter dapat berjalan dengan baik. Maka kerjasama dengan orang tua di rumah dalam mengontrol dan menguatkan pembelajaran penguatan pendidikan karakter. Sangat mendukung keberhasilan program yang telah disusun oleh pihak sekolah. Selain itu, para orang tua dihimbau terus menerus untuk dapat meng-upgrade kemampuan mereka sebagai orang tua. Dengan mengikuti kegiatan parenting yang diadakan oleh pihak sekolah. Bekerjasama dengan pihak yang berkompeten dalam memberikan sharing ilmu mengenai ilmu mendidik anak yang baik pada zaman ini.
Terakhir, setelah terbentuknya mind set pendidikan dan berbudaya yang baik dalam keluarga. Maka upaya menangkal pengaruh dari masyarakat dalam mengarahkan karakter baik pada anak. dengan memberikan penguatan dari keluarga terhadap budaya yang baik dan tidak baik. Dapat dengan mudah dilakukan. (***)