NASIONAL

Pramuka Bersih Negeri, Ikrar Generasi Muda Indonesia Peduli Lingkungan

MataPublik.co, JAKARTA – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Minggu, 10 Februari 2019, mencanangkan ikrar Pramuka Bersih Negeri diikuti sebanyak 100 perwakilan Pramuka.
Ikrar tersebut diserukan pada acara Ngobrol Pramuka Penegak Pandega Indonesia (NGOPPI) di Arborea Cafe Manggala Wanabakti (10/2).
Acara yang diselenggarakan oleh Biro Humas KLHK bekerjasama dengan Pimpinan Saka Wanabakti dan Saka Kalpataru Tingkat Nasional serta Dewan Kerja Nasional Gerakan Pramuka tersebut menjadi awal rangkaian acara peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2019.
Direktur Pengelolaan Sampah KLHK, Novrizal Tahar selaku narasumber pada acara NGOPPI tersebut menyampaikan, “Dasa Darma Pramuka nomor dua berbunyi ‘Cinta Alam dan Kasih Sayang Sesama Manusia’. Tentu ini menjadi semakin relevan saat isu lingkungan semakin gencar dan membutuhkan kepedulian dan aksi nyata kita bersama.”
Novrizal menceritakan, HPSN senantiasa menjadi momen introspeksi bersama untuk mengelola sampah dengan baik. Ketidakpedulian kita terhadap sampah telah menimbulkan korban di tahun 2005 saat TPA Leuwigajah Jawa Barat longsor akibat jumlah sampah yang melebihi daya tampung TPA. Sampah yang menggunung tersebut longsor dan menimbun desa dibawahnya, menewaskan 150 jiwa.
Kini 14 tahun setelah tragedi Leuwigajah terjadi, kepedulian masyarakat Indonesia terhadap sampah masih terhitung rendah. Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2018 mengeluarkan Indeks Ketidakpedulian Masyarakat Indonesia, dimana ketidakpedulian terhadap sampah menduduki peringkat pertama dengan 0,72. Tentunya hal ini harus menjadi perhatian bersama mengingat kapasitas Pemerintah dalam mengelola sampah terbatas.
Novrizal mencontohkan, di Kali Pisang Kabupaten Bekasi ditemukan sampah yang penuh menutupi sungai sepanjang 1 km. Dalam sehari jumlah timbulan sampah Bekasi mencapai 2.400 ton sementara kapasitas Pemda maupun Dinas Kebersihan hanya mampu mengelola 800 ton. Artinya, ada 1.600 ton timbulan sampah yang tidak berhasil ditangani oleh Pemerintah dan ini perlu dukungan masyarakat untuk mengelola.
Novrizal memberikan tips agar masyarakat mudah dalam berkontribusi mengelola sampah. Tips tersebut adalah mengurangi dan mencegah timbulan sampah. Kita perlu menjadikan gerakan minim sampah sebagai gaya hidup modern. Salah satu data empiris yang dikemukakan Novrizal adalah 80% pengurangan sampah dapat dimulai dari sampah rumah tangga. Caranya adalah dengan menggunakan tas belanja guna ulang (reusable bag), tidak menggunakan sedotan sekali pakai, senantiasa membawa tumbler, mengganti styrofoam dengan wadah makanan yang bisa dicuci, mengganti tisu dengan serbet, dan sebagainya.
Selanjutnya adalah memilah sampah sesuai jenisnya. Sampah organik dapat diolah menjadi kompos, sementara sampah plastik dan kertas dapat didaur ulang. Novrizal menyampaikan, apabila masyarakat di RT/RW telah memilah sampah sesuai jenisnya, dapat disalurkan ke Bank Sampah yang tersebar di daerahnya. Dengan demikian, sampah yang tadinya tidak berharga justru mampu menghadirkan keuntungan ekonomi sirkular.
Pendiri Divers Clean Action, Swietenia Puspa Lestari yang juga hadir sebagai narasumber NGOPPI menyampaikan, “Apabila kita tidak peduli dengan sampah yang kita hasilkan, sementara kemampuan Pemerintah juga terbatas, seringkali sampah berakhir di alam bebas seperti sungai dan laut. Bahkan kami kemarin menemukan sampah sachet dari produksi 1998 di dasar laut.”
Swietenia menjelaskan, komunitas Divers Clean Action telah melakukan riset lapangan dimana rata-rata setiap 100 meter area menyelam yang diteliti selama 15 menit, berhasil dikumpulkan 934 sedotan dan 500 sachet. Ini belum ditambah dengan sampah kain, kaca, kaleng, maupun benda logam lainnya. Menurut sebuah penelitian, jika kita tidak bertindak terhadap permasalahan sampah ini, maka di tahun 2050 jumlah sampah di laut akan lebih banyak dibanding jumlah ikan yang ada.
Kepala Biro Hubungan Masyarakat KLHK, Djati Witjaksono Hadi menekankan, Pramuka dapat menjadi agen perubahan lingkungan di masyarakat. “Ikrar Pramuka Bersih Negeri ini menjadi momentum penting dalam mengurangi penggunaan plastik sekali pakai sekaligus berbakti kepada masyarakat. Jika 22 juta anggota Pramuka yang tersebar di seluruh Indonesia ini menggunakan tumbler, maka jutaan botol minum sekali pakai berhasil dikurangi,” tutur Djati. (iuy)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker