
PALEMBANG, Matapublik.co – Perkembangan media informasi saat ini, dimana setiap orang dapat memproduksi informasi sekaligus menjadi konsumen, dikhawatirkan dapat mengurangi kepercayaan publik pada pemberitaan di media konvensional. Apalagi dari riset diketahui 70% masyarakat mulai percaya penuh pada informasi dari media sosial atau media online.
Redaktur Tempo Philipus mengatakan, peluang untuk mengembalikan kepercayaan publik pada media konvensional sebenarnya masih ada. Terbukti, media di Inggris yang mengutamakan berita masih lebih banyak dipercaya daripada berita gosip. Meski seolah-olah dikalahkan media sosial. Faktor utama karena media konvensional memberikan informasi benar. Tapi, media sosial jangan sampai dimusuhi, bisa dimanfaatkan.
“Jurnalisme investigasi bisa jadi jawaban untuk mengembalikan kepercayaan publik pada media konvensional,”tegas Philip dalam workshop dan coaching clinic Tempo Institute yang digelar bersama AJI Palembang di Kantor Tribunsumsel, Rabu (2/5).
Media konvensional yang dimaksud, lanjutnya, merupakan media yang memberikan berita dengan pola jurnalistik yang benar. Platformnya mulai dari cetak, televisi, maupun radio. Adapun kunci berita investigasi yakni untuk menghasilkan dampak terbaik pada khalayak, dan tidak menjadi korban serangan balik. “Intinya, berita itu untuk kepentingan publik,”ujar dia.
Philip menjelaskan, yang dibutuhkan dari berita investigasi antara lain persoalan yang akan dibahas, dokumen awal, dan reportase. Sementara hambatan utama media dalam melakuka jurnalisme investigasi yaitu biaya peliputan yang besar, risiko gugatan hukum atau serangan balik dari pihak yang diinvestigasi. Selain itu juga kurangnya pengalaman dan kemampuan melakukan investigasi juga menjadi hambatan, disamping terbatasnya kesempatan. “Bahan awal yang cukup kuat sebagai indikator bahwa memang ada masalah, memiliki angle yang tajam (dari pertanyaan siapa dan bagaimana) serta bisa diterima, feasible untuk dikerjakan selama 3-5 bulan, menyangkut kejahatan pelanggaraan publiknya besar,”terang Philip.
Ditegaskannya, investigatif reporting berbeda dengan liputan mendalam (indepth). Investigas adalah membuka informasi yang ditutupi, berbeda dengan indepth yang merupakan mengungkapkan fakta menarik yang sengaja ditutupi dan angle nya tidak membongkar alias pertanyaan terbuka.
Sementara itu, Perwakilan Tempo Institute Ramidi mengungkapkan, Tempo sudah tiga tahun membuka program investigasi. Pihaknya berharap muncul lebih banyak jurnalis yang melakukan investigasi reporting, di luar Tempo. “Tahun ini ada lima tema besar yang akan kami garap, yaitu korupsi kebijakan publik, lingkungan hidup, kejahatan kemanusiaan (trafficking), kriminalitas terkait kepentingan publik, dan energi (tambang, listrik, dan EBT),” sebutnya. (yri)