Sandiaga Uno dan Tri Rismaharini Bakal Bersinar pada Pilpres 2024
JAKARTA – Presiden Joko Widodo telah melantik enam menteri baru serta lima wakil menteri di Kabinet Indonesia Maju di Istana Negara, Rabu (23/12). Meski baru saja dilantik, dua menteri di antaranya sudah dijagokan dan berpotensi maju sebagai calon presiden atau calon wakil presiden pada Pilpres 2024 mendatang.
Siapa lagi kalau bukan Sandiaga Salahuddin Uno yang diberi amanah menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf). Sandi memang layak dijagokan, selain karena pernah maju sebagai cawapres di Pilpres 2019, dia juga representasi pengusaha muda, teknokrat, sekaligus politikus Partai Gerindra.
Selain Sandi, sosok satu ini juga sering disebut-sebut akan jadi capres potensial dan pernah diunggulkan menjadi calon gubernur DKI Jakarta. Dia adalah Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini. Dia adalah wali kota fenomenal, dan punya banyak terobosan selama menjadi wali kota Surabaya. Salah satunya, penutupan lokalisasi Dolly di Surabaya.
Lembaga survei Cyrus Network menilai Presiden Joko Widodo memang harus mempersiapkan pemimpin masa depan dari kalangan teknokrat, terlihat dari pemilihan sejumlah menteri baru dalam Kabinet Indonesia Maju.
“Kebetulan saja beberapa di antaranya seperti Bu Risma, Sandiaga Uno juga bisa menjadi representasi kekuatan politik, Jadi win-win solution. Teknokrat iya, keterwakilan politik juga iya,” ujar Founder Cyrus Network, Hasan Nasbi Batupahat dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu (23/12).
Dia menilai perombakan kabinet kali ini sebagai kode Jokowi agar fondasi pembangunan yang diletakannya saat ini harus dikawal dan disempurnakan oleh pemimpin masa depan dari kalangan teknokrat.
“Bukan mustahil, teknokrat-teknokrat yang hari ini bercokol di kabinet akan jadi calon pemimpin penerus Pak Jokowi berikutnya. Tentu saja kalau mereka punya prestasi dan bisa menjaga integritas,” katanya.
Menurut Hasan, Presiden ke-7 itu juga ingin menggeser perdebatan di masa depan menjadi perdebatan teknokratis, prestasi, dan programatik. Dengan begitu, tidak ada lagi isu isu populisme seperti agama, nasionalisme dan lain lain yang mengisi ruang publik.
Menurut dia, perdebatan populisme memiliki mutu yang sangat rendah namun besar bahayanya buat bangsa. Menimbulkan perkubuan politik yang sulit untuk dijembatani. “Makanya hari ini beliau kesampingkan perkubuan politik, masukkan orang-orang yang ahli dan punya track record keberhasilan, meskipun berasal dari kubu politik yang berbeda,” katanya. (Aza/Ant)