Sehari Dilantik, Herman Deru Sampaikan Pidato Perdana
MataPublik.co, PALEMBANG – Setelah resmi dilantik Senin, 1 Oktober kemarin, Herman Deru bersama Mawardi Yahya, melakukan pidato perdana sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Selatan Periode 2018-2023 di Monumen Penderitaan Rakyat (Monpera) Palembang, Selasa (02/10/2018).
Dihadapan mantan gubernur H. Syahrial Oesman, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi Sumsel, Perwakilan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sumsel, simpatisan partai pendukung dan pengusung pada Pilkada Juni lalu, serta masyarakat Sumsel yang hadir.
Herman Deru didampingi Mawardi Yahya mengungkapkan ada tiga alasan mengapa mereka melakukan pidato perdana di Monpera.
“Pertama, agar kita tidak pernah lupa terhadap seluruh jasa pahlawan dan pemimpin terdahulu yang telah mengorbankan harta, jiwa, dan raganya untuk Indonesia dan Provinsi Sumatera Selatan,”ucapnya
Pasangan mantan bupati dua periode itupun, mengajak semua masyarakat Sumsel untuk menjaga rasa cinta, hormat, dan sikap saling menghargai tanpa memandang status sosil dan jabatan.
“Kita pelihara apa yang sudah disajikan oleh pendahulu kita, jangan pernah menyalahkan massa lalu untuk menutupi kegagalan di masa yang akan datang. Jangan pernah saling mencaci maki siapupun,”tegasnya.
Alasan kedua, lanjutnya, “Kami mengajak untuk menerapkan transparansi dan keterbukaan dalam menjalankan tugas untuk menuju Sumsel yang lebih baik dan lebih maju. Memulai dengan apa adanya, jangan pernah mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada,” jelasnya.
Menurutnya, makna terakhir Monpera berhadapan langsung dengan masjid kebanggaan warga Sumsel, Masjid Agung Palembang. “Yang bermakna, agar kita selalu menjalankan ajaran agama masing-masing, jangan sekali-kali melenceng dan melupakan apa yang telah diatur dalam agama,”pungkasnya.
Pada kesempatan itu juga, sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Sumsel Herman Deru dan Mawadri Yahya mengaharapkan dukungan, support, bantuan, dan doa dari seluruh masyarakat Sumsel.
“Jangan pernah merasa diri kita tidak punya peran, tidak dapat berbuat apa-apa. Asal kita tidak mengedepankan kepentingan pribadi dan golongan, kita bisa berbuat dan berperan untuk Sumsel, karena Sumsel adalah milik kita semua. Sumsel Bersatu Maju Bersama Masyarakat,”tutupnya. (dudin)