MataPublik.co, PALEMBANG – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Ace Hasan bersama rombongan telah melakukan pengawasan selama 18 hari dalam pelaksanaan ibadah haji 2018 di Tanah Suci. Secara umum, menurut dia, manajemen pelayanan Ibadah Haji tahun 2018 relatif lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.
“Namun demikian, hasil pengamatan yang kami lakukan, ada hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut,” ujar Ace, Selasa (4/9).
Pertama, untuk lebih meningkatkan kualitas pemondokan, Ace menyarankan agar Kementerian Agama segera melakukan pemesanan pemondokan (akomodasi) setelah musim haji selesai. Dengan demikian, bisa lebih memiliki keleluasaan untuk memilih pemondokan yang lebih baik sekelas hotel bintang tiga, serta bisa lebih dekat dengan masjid al-Haram atau Mina.
“Kedua, terus meningkatkan fasilitas tenda jamaah yang digunakan untuk wukuf di Arafah dengan menyediakan fasilitas pendingin udara dan meningkatkan jumlah toilet yang lebih banyak,” ucapnya.
Demikian pula dengan tenda-tenda yang berada di Mina, juga disarankan agar lebih diperhatikan supaya para jamaah haji Indonesia tidak terlalu bertumpuk-tumpuk dan dapat dipisahkan antara antara jamaah laki-laki dan perempuan. “Ketiga, juga patut dipertimbangkan menyewa lebih banyak pemondokan di area dekat Mina agar lebih mempermudah jarak pada saat pelaksanaan puncak ibadah haji,” katanya.
Keempat, Ace juga menyarankan agar Kemenag menyediakan makanan harian bagi jamaah Indonesia di Makkah selama empat hari menjelang puncak ibadah haji. Hal ini dibutuhkan agar jamaah haji Indonesia terjaga stamina dan tenaganya dalam menghadapi puncak haji. “Bukan malah sebaliknya, pada saat menjelang puncak haji, jamaah haji dihentikan makanannya,” ujar Ace.
Kelima, lanjutnya, Kemenag juga perlu melakukan pengawasan katering yang lebih ketat agar penyedia katering menyediakan makanan sesuai dengan kesepakatan, terutama citarasanya yang sesuai dengan citarasa nusantara.
Keenam, dia juga menyarankan agar pemeriksaan imigrasi Arab Saudi berupa biometrik dan sidik jari yang dilakukan di beberapa embarkasi di Tanah Air yang merupakan fast track dapat diterapkan di seluruh embarkasi di Indonesia. “Ini sangat baik supaya memudahkan pemeriksaan jamaah haji di bandara Arab Saudi dapat berlangsung dengan cepat yang biasanya antri hingga tiga sampai empat jam,” jelasnya.
Ketujuh, perlunya pengawasan penggunaan bus shalawat yang hanya diperuntukan jamaah haji Indonesia. Pasalnya, bus shalawat yang seharusnya hanya dipergunakan untuk jamaah haji Indonesia masih banyak digunakan oleh jamaah haji lain, sehingga jamaah haji Indonesia tidak kebagian.
“Kedelapan, meningkatkan jumlah petugas haji sesuai dengan rasio kebutuhan jamaah haji Indonesia yang jumlahnya banyak. Saat ini rasio 42 orang jamaah dilayani satu orang petugas. Rasio ini dapat ditingkatkan menjadi 40 jamaah satu petugas,” katanya.
Kesembilan, Ace juga menyarankan agar Kemenag memperbanyak petugas haji Indonesia untuk disiapsiagakan di titik-titik yang sering tersesat. Petugas ini harus lebih pro-aktif dalam melakukan penyisiran dan mensosialisasikan kepada jamaah di mana titik keberadaan petugas yang berada di area tersebut. (iuy)