Unjuk Rasa Tuntut Presiden Kuba Miguel Diaz Mundur, Berakhir Ricuh

KUBA – Unjuk rasa di Kuba berakhir ricuh. Satu pria tewas dan 144 orang lainnya ditangkap dalam rangkaian demonstrasi anti-pemerintah di Kuba yang berujung ricuh dalam beberapa hari belakangan. Sebagaimana dilansir AFP, Kementerian Dalam Negeri Kuba melaporkan bahwa satu pria bernama Diubis Laurencio Tejeda tewas dalam salah satu demonstrasi di Havana pada Senin (13/7).
Mereka mengucapkan dukacita, tapi menyebut bahwa pria itu ikut serta dalam kegiatan yang “mengganggu.” Selain itu, aparat Kuba juga menangkap setidaknya 144 orang, termasuk jurnalis dan demonstran, dalam serangkaian aksi demonstrasi tersebut.
Kelompok gerakan San Isidro melansir 144 nama orang yang ditahan itu melalui kicauan di Twitter pada Senin (12/7). Seratusan orang itu dilaporkan hilang setelah ikut serta dalam demonstrasi pada Minggu (11/7). Nama-nama yang dirilis San Isidro tersebut mencakup aktivis Guillermo Farinas, mantan tahanan politik Jose Daniel Ferrer, dan seniman Luis Manuel Otero Alcantara.
Ada pula sutradara teater, Yunior Garcia, yang juga merupakan pemimpin gerakan 27N. Gerakan itu lahir setelah sejumlah protes para pekerja seni tahun lalu. Namun, Garcia dilaporkan sudah dibebaskan pada Senin. Setelah bebas, Garcia bercerita bahwa orang-orang yang ditangkap itu dipukuli, diseret, dan dipaksa masuk ke dalam sebuah truk, kemudian dibawa ke salah satu tahanan di Havana. “Kami diperlakukan seperti sampah,” ucap Garcia.
Ratusan orang itu turun ke jalan untuk menuntut agar Presiden Miguel Diaz Canel mengundurkan diri karena dianggap tidak becus menangani pandemi Covid-19. Aksi ini disebut-sebut sebagai demonstrasi terbesar di Kuba sejak 1994.
Selain demonstran, aparat Kuba juga menahan sejumlah jurnalis, termasuk Camila Acosta, seorang koresponden untuk harian Spanyol, ABC. Kementerian Luar Negeri Spanyol mendesak Kuba untuk menghormati hak untuk berdemonstrasi dan mendesak aparat segera membebaskan Acosta. (has/cnn)