Tips Agar Membayar Pinjaman Tidak Jadi Beban bagi Karyawan
Pinjaman pribadi (personal loan) kini semakin mudah diakses. Proses cepat, syarat ringan, dan kemudahan lewat aplikasi membuat banyak orang, termasuk karyawan, tergoda untuk mengambil pinjaman. Apalagi, kebutuhan mendesak seperti biaya kesehatan, pendidikan anak, atau renovasi rumah sering datang tanpa aba-aba.
Namun, kemudahan itu sering kali jadi pedang bermata dua. Tanpa perencanaan matang, pinjaman bisa berubah dari solusi jadi beban yang menyesakkan, apalagi jika cicilan menggerus sebagian besar gaji bulanan.
Faktanya, survei terbaru dari Achieve Center for Consumer Insights menemukan bahwa 1 dari 3 orang (33%) kesulitan mengelola utang mereka, dan 35% bahkan tidak bisa membayar semua tagihan tepat waktu. Angka ini menunjukkan betapa seriusnya masalah utang di masyarakat, bahkan di negara dengan literasi finansial yang lebih maju.
Lebih menarik lagi, survei itu juga memperlihatkan kontras antara kelompok dengan skor kredit baik dan buruk. Pada mereka yang memiliki skor kredit baik, 36% benar-benar bebas utang, dan 61% merasa utangnya masih bisa dikelola.
Sebaliknya, di kelompok dengan skor kredit buruk, hanya 3% yang bebas utang, sementara yang merasa bisa mengelola utang hanya 19%. Artinya, kemampuan mengelola pinjaman sangat berpengaruh pada kesehatan finansial jangka panjang, terlepas dari berapa besar gaji seseorang.
Lalu, bagaimana agar pinjaman tidak menjadi beban, khususnya bagi karyawan yang harus mengandalkan gaji bulanan? Berikut beberapa tips yang bisa kamu terapkan:
1. Hindari “gali lubang tutup lubang”
Kesalahan klasik yang sering terjadi adalah mengambil pinjaman baru untuk menutup cicilan lama. Bagi karyawan, strategi ini biasanya muncul karena gaji habis sebelum akhir bulan.
Contoh sederhana: seorang karyawan punya cicilan Rp3 juta per bulan, tapi karena kebutuhan tak terduga, ia pinjam lagi Rp2 juta untuk menutup kekurangan. Hasilnya? Utang makin menumpuk dan potongan gaji bulan depan jadi makin berat.
Solusi terbaiknya adalah dengan evaluasi ulang pengeluaran, fokus melunasi utang dengan bunga tertinggi dulu, dan jangan menambah beban baru.
2. Gunakan pinjaman untuk hal produktif
Pinjaman seharusnya dipandang sebagai alat, bukan sekadar “penolong gaji” menjelang akhir bulan. Gunakan pinjaman untuk kebutuhan yang memberi nilai tambah, seperti:
– Renovasi rumah agar lebih layak huni dan nilainya meningkat.
– Biaya kursus atau pendidikan untuk meningkatkan kompetensi kerja.
– Modal usaha sampingan yang bisa menambah arus kas.
Sebaliknya, menggunakannya untuk barang konsumtif seperti gadget terbaru atau liburan mewah hanya akan membuat cicilan terasa makin berat tanpa manfaat jangka panjang.
3. Siapkan dana darurat
Banyak karyawan kesulitan bayar cicilan bukan karena gaji kecil, tapi karena tidak punya cadangan dana ketika keadaan darurat datang. Itulah pentingnya dana darurat sebesar 3–6 kali pengeluaran bulanan.
Misalnya, jika pengeluaran bulanan Rp6 juta, maka dana darurat idealnya Rp18–36 juta. Dengan begitu, ketika ada biaya rumah sakit atau kebutuhan mendadak lainnya, kamu tidak perlu langsung menambah utang baru.
4. Pertimbangkan pelunasan dipercepat
Jika ada bonus tahunan, THR, atau komisi tambahan, manfaatkan sebagian untuk mempercepat pelunasan pinjaman. Meskipun ada penalti pelunasan dini, sering kali jumlah penalti masih lebih kecil dibanding total bunga yang bisa dihemat. Dengan begitu, kamu bisa lebih cepat lepas dari jerat cicilan dan arus kas bulanan jadi lebih lega.
Jadikan Pinjaman sebagai Sahabat, Bukan Jerat
Pinjaman bukanlah musuh. Justru, ia bisa jadi sahabat kalau dikelola dengan mindset yang tepat. Jangan hanya berpikir soal “bisa pinjam”, tapi tanyakan juga: “Apakah saya mampu mengelola dan melunasi pinjaman ini dengan sehat?”
Seperti yang ditunjukkan survei Achieve, masalah terbesar bukan pada jumlah utangnya, melainkan bagaimana seseorang mengelola pinjamannya. Dengan disiplin, utang bisa menjadi bagian dari strategi finansial sehat, bukan sumber stres.
Nah, bagi karyawan yang membutuhkan dana tambahan dengan lebih terukur, ada pinjaman untuk karyawan umum lewat Neo Pinjam di neobank dari Bank Neo Commerce. Produk pinjaman online bunga rendah untuk karyawan umum ini menyediakan limit hingga Rp100 juta dengan tenor bervariasi sampai 24 bulan. Tenor yang lebih panjang membuat cicilan bisa disesuaikan dengan kemampuan gaji bulanan, sehingga arus kas tetap aman.
Dengan pengelolaan yang bijak, fasilitas pinjaman online bunga rendah untuk karyawan seperti Neo Pinjam bisa menjadi solusi bagi karyawan untuk memenuhi kebutuhan finansial, tanpa harus merasa terbebani oleh cicilan tiap bulan.
Ditambah, pinjaman untuk karyawan di Neo Pinjam juga bebas biaya admin saat pencairan. Meskipun mudah dan cepat, pengajuan kamu tetap melalui evaluasi kelayakan untuk menjaga keamanan pengguna dan mencegah risiko kredit bermasalah.
Download neobank di PlayStore atau App Store dan ajukan pinjaman di Neo Pinjam sekarang. Kunjungi link Neo Pinjam untuk tahu info lengkap serta syarat & ketentuan mengenai Neo Pinjam.
***
PT Bank Neo Commerce Tbk berizin dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) & Bank Indonesia (BI), serta merupakan bank peserta penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Artikel ini juga tayang di vritimes